BELAJAR KEPEMIMPINAN DARI DZUL QARNAIN
PELAJARAN KEPEMIMPINAN
DARI DZUL QURNAIN
Kisah
Dzul Qarnain dilukiskan di dalam surah al-Kahfi, surah yang ke-18. Pada saat
itu, orang-orang kafir mencoba menguji Nabi Muhammad saw dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang menurut mereka Nabi Muhammad tidak memiliki
jawabannya. Mereka bertanya tentang pemuda yang hidup di gua dan tentang seorang
seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh dan tentang ruh. Inilah latar
belakang turunnya surah al-Kahfi yang di dalamnya Allah memberitahu
jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan orang-orang kafir.
Kita
tidak tahu benar siapa sebenarnya Dzul Qarnain. Sebagian sarjana berpendapat
dia adalah Alexander the Great. Sebagian lain mengatakan dia adalah Raja Pesia
yang ebrsal dari Cyrus. Namun, ini semua tidak menjadi masalah siapakah Dzul
Qarnain sebenarnya. Yang penting, mari kita ambil pelajaran kepemimpinan dari
kisahnya, mengingat akhir-akhir ini negara kita sedang disibukkan dengan PILKADA, CALEG
sampai ke PILPRES.
Mudah-mudah pelajaran kepemimpinan dari Dzul Qarnain ini bisa menginspirasi
wakil-wakil kita yang bakal duduk di DPR, tingkat I maupun II dan juga presiden
RI mendatang. Dan juga menjadi standar bagi kita untuk memilih mereka.
***
1.
Allah berfirman, “Mereka akan bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang Dzul Qarnain. Katakanlah "Aku akan bacakan
kepadamu cerita tantangnya." (Q.S. al-Kahfi [18]:83). “Sesungguhnya
kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan kami telah
memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.” (Q.S. al-Kahfi
[18]:84.
Dari
ayat di atas kita dapat bertadabbur bahwa kepemimpinan adalah persoalan bagaimana memberikan menyerahkan kekuasaan
(otoritas). Dan prinsip penting pemberian otoritas itu adalah bahwa otoritas
harus diberikan beserta sumber daya
tepat, yakni perangkat-perangkat untuk menunaikan tugas.
Dalam
kisah Dzul Qarnain, kita diingatkan bahwa Allah SWT adalah yang maha berkuasa.
Allah menyerahkan kekuasaan kepada kita dengan kadar yang berbeda. Dia
menyerahi tugas-tugas kepada kita dan menyelesaikan apa yang Dia kehendaki
melalui kita. Namun, Dia tidak akan menuntut penyelesaian tugas yang diserahi
tanpa memberikan perangkat untuk menyelesiakan tugas tersebut.
Allah
mengatakan bahwa Dia menghidupkan Dzul Qarnain di bumi dan memberinya
sumberdaya-sumberdaya dan kemampuan-kemampuan yang mungkin dibutuhkan. Ayat di
atas juga menunjukkan bahwa Allah tidak menuntut apa yang kita tidak mampu
untuk menyelesaikannya, ketika Dia berfirman dalam surah al-Baqarah: “Laa yu
kallifall-lahu nafsan illa wus-aa-ha”.
Jadi,
ini adalah sebuah pelajaran bagi kita. Ketika kita berada dalam posisi apapun
di dalam kepemimpinan, kita berharap yang terbaik kepada mereka yang kita
tugasi, dengan dua syarat: kita tidak bisa berharap banyak kalau kita tahu
mereka mampu menyelesaikan tugas dan kita beri mereka materi sumberdaya dan
pelatihan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
2.
Firman Allah selanjutnya: “Maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga
apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari
terbenam (Maksudnya: sampai ke pantai sebelah barat di mana Dzul Qarnain
melihat matahari sedang terbenam) di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia
mendapati di situ segolongan umat (ialah umat yang tidak beragama.) Kami
berkata: "Hai Dzul Qarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat
kebaikan (yaitu dengan menyeru mereka kepada beriman.) terhadap mereka. Berkata
Dzul Qarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya,
Kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab
yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai
balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari
perintah-perintah kami".
Kepemimpinan
akan selalu diuji. Di sini Dzul Qarnain diuji. Dia memiliki otoritas dan telah
diberi kemampuan untuk melakukan sesuatu dan kini ia diminta memutuskan apa
yang akan dia perbuat dengan segolongan umat itu. Dalam ayat ini Allah
memperlihatkan ketajaman seorang pemimpin yang baik—membedakan antara mereka
yang benar dan mereka yang tidak. Allah menunjukkan kepemimpinan yang jujur dan
adil. Orang yang salah harus dihukum, orang yang baik dan benar harus
dihormati.
Perhatikanlah
dua tingkatan dalam setiap kasus. Dalam kasus orang yang salah, hukuman pertama
datang dari Dzul Qarnain dan hukuman yang lebih besar datang kemudian dari
Allah SWT. Dalam kasus orang baik, pertama kali mereka akan mendapatkan pahala
yang terbaik dari Allah dan di puncak pahala tersebut Allah akan berbicara
dengan ramah kepada mereka. Jadi, perbedaan perlakuan kepada yang baik dan yang
buruk sangatlah penting.
3. Ayat
berikutnya menyatakan: Kemudian dia menempuh
suatu jalan (yang lain lagi). Hingga
apabila dia Telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan
kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan (Maksudnya: mereka
mereka tidak bisa memahami bahasa orang lain, Karena bahasa mereka amat jauh
bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat menerangkan maksud
mereka dengan jelas Karena kekurangan kecerdasan mereka). Mereka berkata:
"Hai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj (Ya'juj dan Ma'juj ialah
dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagai yang Telah dilakukan
oleh bangsa Tartar dan Mongol) itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka
bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu
membuat dinding antara kami dan mereka?"
Kepemimpinan
itu tidak eksploitatif. Ketika Dzul Qarnain bertemu sekelompok kaum yang
berbicara dengan bahasa yang berbeda dan jelas-jelas orang aneh bagi dia, dia
memperlakukannya dengan baik, bukannya buas. Meskipun mereka sendiri menawarkan
untuk membayar Dzul Qarnain guna membangun sebuah benteng pertahanan agar aman
dari serangan orang asing, Dzul Qarnain tidak memuntut lebih. Bahkan dia tidak
menerima apa yang seharusnya dia inginkan. Sebab dia tidak mau mengeksploitasi
kelemahan mereka. Mungkin, bila mereka memerangi Dzul Qarnain dan kalah, Dzul
Qarnain mungkin berharap sesuatu dari mereka. Namun tidak, ketika mereka pasrah
dan terbuka kepada Dzul Qarnain atas kelemahan mereka.
Jadi,
sebagaimana seorang pemimpin yang baik, Dzul Qarnain adalah seorang yang murah
hati. Dalam kemurahatiannya, dia tetap rendah hati, sebab dia ingat bahwa apa
yang dia miliki adalah pemberian Allah. Dia juga menyadari bahwa kekuatan yang
Allah anungerahkan kepadanya hanyalah sarana untuk mengabdi kepada-Nya.
Dzul
Qarnain mengabdi kepada Allah dengan menjadi seorang pemimpin-rakyat (a
servant-leader), yakni pemimpin yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
rakyat.
4. Dzulkarnain
berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya
adalah lebih baik, maka tolonglah Aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat),
agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.”
Kepemimpinan
adalah tentang teamwork, sebab pemimpin tidak bisa menyelesaikan segala
sesuatu tanpa pembantu-pembantunya (dan tentu bantuan Allah). Setelah
memberitahu mereka tentang apa yang ia miliki dari Allah adalah sesuatu yang
lebih baik ketimbang apa yang mereka dapat tawarkan, Dzul Qarnain memberitahu
mereka bahwa dia akan membantu mereka jika mereka akan membantu dia dalam
menyelesaikan tugas tersebut dan bekerja bersama sebagai satu kelompok.
Aksi
tersebut menunjukkan tiga hal yang pemimpin baik lakukan di dalam menjalankan
misi mereka. Pertama, meminta rakyat untuk membantunya. Hal ini akan
mengangkat derajat rakyat dengan menjadikan mereka seorang patner dalam
memecahkan masalah. Kedua, aksi ini memberikan jaminan kepada mereka
kesuksesan dalam mencari solusi. Dan ketiga, aksi ini juga memberikan
mereka tanggung jawab untuk memiliki dan mempertahakan solusi yang akan mereka
capai. Penting juga untuk dicatat bahwa Dzul Qarnain meminta mereka untuk
membantu dengan apa yang mereka miliki, yang menjadi kekuatan mereka.
5. “Berilah
Aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata
dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzul Qarnain: "Tiuplah (api
itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun
berkata: "Berilah Aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas
besi panas itu".
Dzul
Qarnain juga memperlihatkan karakteristik kepemimpinannya dan kemampuannya
menyelesaikan segala sesuatu, dengan menyerahkan pada proses dan aksi secara
bertahap dan metodologis. Inilah apa yang dia lakukan: pertama, Dia
memberitahu mereka dan mempersiapkan mereka untuk tugas tersebut. Kedua, dia
meminta komitmen mereka dan memberitahu mereka apa yang akan dia lakukan dengan
bantuan mereka. Ketiga, dia menyelesaikan tahap pertama dengan menyuruh
mereka membawa potongan-potongan besi untuk ditempatkan di antara
gunung-gunung. Keempat, dia menyalakan api dan meminta mereka untuk
meniupnya. Kelima, dia menyempurnakan tahap berikutnya dengan menyuruh
mereka membawa tembaga untuk dituangkan di atas besi merah yang panas. Maka
benteng yang kuat sudah jadi, dengan pengetahuan dan hikmahnya, bekerja
bahu-membahu dengan kekuatan dan komitmen kaum tersebut.
Catatlah
bahwa di dalam ayat ini, Dzul Qarnain juga menunjukkan pemimpin yang baik adalah pengikut yang baik.
Dzul Qarnain meminta mereka untuk mengikuti arahan-arahannya dan dia juga
berpartisipasi secara aktif dalam kerja. Yang paling penting lagi, dia
memperagakan caranya: seorang pemimpin selalu berada di barisan depan ketika
dia diperlukan untuk dicontoh sikap-sikapnya yang menantang dan sulit. Sungguh.
Dzul Qar’an bertanggung jawab atas tugas yang paling berbahaya sekalipun secara
pribadi menuangkan tembaga yang mendidih di atas bongkahan-bongkahan besi.
Perlu
dicatat di sini bahwa kaum yang dimaksud di sini benar-benar memiliki sumber
daya, seperti besi dan tembaga namun mereka tidak memiliki pengetahuan
bagaimana cara menggunakannnya. Hal ini mengingatkan kita bahwa kita memiliki
kewajiban untuk belajar bagaimana menggunakan sumber daya. Oleh sebab itu,
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bentuk pengetahuan yang lain
merupakan perintah agama Islam dan menjawi kewajiban bagi masyarakat muslim.
Kita
juga catat bahwa benteng yang Dzul Qarnain dirikan menunjukkan kehebatan Dzul
Qar’anin dalam teknologi yang jauh melampaui masa kini. Jadi, ilmu pengetahuan
Dzul Qar’nain dan pengetahuan insiyur adalah bagian perangkat yang Allah
berikan kepadanya ketika dia hidup di bumi.
6. Maka
mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzul
Qarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, Maka apabila
sudah datang janji Tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji
Tuhanku itu adalah benar." (al-Kahfi [18]:97-98)
Lagi-lagi,
sebagaimana seorang pemimpin yang baik, setelah menyelesaikan tugasnya—membangun
benteng yang akan melindungi dari serangan orang asing—dia ingat dan
mengingatkan rakyat bahwa penyelesaian pembangunan benteng adalah berkat Rahmat
Allah.
Dzul
Qarnain memberitahu mereka: pertama, apa yang telah dia selesaiakan
semuanya berkat Rahmat Allah. Kedua, sebagaimana hal-hal yang lain,
benteng ini akan hancur ketika hari kiamat datang.
Demikianlah kisah Dzul
Qarnain yang bisa kita ambil pelajaran kepemimpinannya. Dan ternyata
kepemimpinan Dzul Qarnain diadopsi oleh pemikir atau tokoh leadership terkemuka
dan menghasilkan teori-teori kepemimpinan yang handal. Di antarnya adalah:
- Ketika menyerahkan sebuah tugas,
pastikan tugas itu mungkin bagi rakyatmu untuk dilakukan dengan memberikan
mereka perangkat untuk menyelesaikannnya (Sebagimana kata Hershey dan
Blanchar dalam Path Goal Theory of Leadership; Hershey and
Blanchard)
- Pemimpin Efektif adalah Pemimpin-yang
merakyat.
- Pemimpin tidak menyelesaikan segala
sesuati\u sendirian. Mereka bekerja dengan tim.
- Pemimpin yang baik adalah pengikut yang
baik. (sebagaimana kata Kouzes dan Posner)
- Pemimpin memberikan contoh. (Kouzes and
Posner)
- Pemimpin yang baik adlah rendah hati dan
menyadari bahwa keberhasilannya datang dari Allah. (George)
Wallahu’alam bishshowab.
Komentar
Posting Komentar